Selasa, 22 Juni 2021

Cerpen

 

Dari Angan Untuk Senyum Pagi

Alby Anzalia Siregar


“Can you see? You got me going Crazy”

And wherever you go whatever you do i’ll be right here,

Waiting for you-

***

            Hello Senyum Pagi, hari ini terhitung sejak 1.095 hari sejak kepergianku ke Boston. Waktu itu, dimana ada Senyum Pagi pasti ada Angan. Dan hari ini, Senyum pagi tidak ada disisi Angan. Berat sekali rasanya, tapi senyum pagi pernah bilang Ia hanya ingin melihat seorang Angan bahagia. Aku berusaha bahagia untuk senyum pagi. Oh ya Gi,  Boston sudah memasuki musim semi hari ini. Hari-hari menjadi hangat, kopi disini jadi lebih nikmat bila diseduh, dan kamu tahu pohon sakura sudah bermekaran sepenuhnya. Ini kesukaan seorang senyum pagi.

            Dulu waktu melihat jelajah Universal, kamu ingin sekali ke Boston pada saat musim semi tiba. Tapi sayang hari ini kamu tidak disini, menyaksikannya bersamaku. Mungkin disana kamu tengah menikmati Banda Neira ya Gi atau mungkin mengambil beberapa foto untuk dinikmati sendiri oleh seorang senyum pagi.

            Oh ya, aku ingin pergi ke Newbury Street. Disana ada toko-toko dan kafe unik yang selalu ramai ketika musim semi. Dan aku ingin ke Trident Bookssellers & Cafe unuk menikmati secangkir kopi hangat dan menjelajahi buku-buku. Di sana, ada beberapa kafe yang berisikan perpustakaan mini, yang bisa kita nikmati ketika sedang menikmati secangkir kopi hangat. Aku tak ingin melewatkannya Pagi. Aku ingin kesana, mengobati rasa rinduku padamu.

            Dulu di shalter Bogor, kamu akan uring-uringan mengajakku ke Cafebook Shop untuk melihat beberapa buku sambil menikmati Vanilla Late kesukaanmu. Dan kita selau mengambil tempat disudut ruang. Aku ingat bagaimana kepalamu menggangguk dan tanganmu mengetuk pelan ketika memutar lagu Creep dari Radiohead. Itu kesukaan senyum pagi. Ah Gi, bagian dari dirimu tidak ada yang terlewat. Sedikitpun, disini.

            “Ngan, kalau nanti kamu menyelesaikan seluruh mimpimu di Boston. Ceritakan padaku ya, bagaimana Boston menghidupkan manusia-manusianya. Dan oh ya, ceritakan padaku tentang bunga sakura pada saat musim semi. Jangan lupa ya.” –Senyum Pagi

            Dan hari ini, aku menceritakannya tetapi tidak dihadapan seorang senyum pagi. Hanya di dalam draft email yang tak pernah berani aku kirim. Dan untuk yang ke 1.095 hari, Senyum Pagi tetapi di hati seorang Angan.

***

            “Angan, ternyata Banda Neira ini kecil ya?” –Senyum Pagi

            “Iya. Gak butuh waktu lama untuk kita melihat suasana kota di pulau Banda.” - Angan

            “Tapi aku menyukainya. Suatu saat aku akan kembali lagi kesini. Bersamamu.”-Senyum Pagi

            September 2020

            Hujan hari ini lambat dan panjang, Angan mematung. Lanskap taman di depan balkon tak ingin menunjukkan diri, lampu merkuri temaram di kaburkan oleh rintik hujan. Angan memperhatikan foto Pagi, wajah yang pertama kali Angan lihat empat tahun lalu dan membuat matanya berbinar semalaman, wajah yang entah bagaimana diciptakan Tuhan dengan alis yang sempurna, hidung yang sempurna dan bibir yang sempurna. Tak pernah pergi dari inti memorinya selama ini.

            Hello Pagi, hari ini terhitung 1,460 hari setelah pengumuman S2 ku di Boston dan bersamaan dengan hari saat kamu mengajakku ke Banda Neira, kamu ingat? Tapi kita bingung. Waktu aku bilang aku akan mengikutimu ke Banda Neira dan meninggalkan impianku tentang Boston. Kamu tidak mau. Kamu tidak mau Seorang Angan kehilangan mimpi-mimpinya. Kamu tetap memaksaku pergi dan kamu tetap memilih untuk tinggal di Banda Neira. Katamu waktu itu, kamu bahagia bisa ke Banda Neira bersamaku tapi kamu lebih bahagia mendengar keberhasilanku masuk ke Northeastern University di Boston.

            Dan aku dengan berat hati, pergi meninggalkanmu. Untuk melanjutkan mimpi kita masing-masing. Setelah hari kepergianku, aku tidak pernah mendengar tentang keberadaanmu lagi tentang seorang Senyum Pagi sampai hari ini. Oleh karena itu, aku selalu merindukan Senyum Pagi. Tentang Pagi yang biasa mengacak-acak rambutku dan aku memberontak karenanya. Hingga kita berdua tertawa. Kalau aja dulu aku memutuskan untuk bersikeras ikut denganmu pagi. Tapi mungkin jalannya memang harus begini ya.

            Aku menyesal untuk pergi ke sini. Tapi kamu tahu kan Gi, kereta waktu tak akan pernah menunggu penumpang yang ragu, kan?. Ah waktu itu aku melambaikan tangan, sambil menangis, ketika aku pergi meninggalkanmu menjadi titik yang makin kecil dan semakin kecil lalu hilang dari pandangan dan dari pelukan. Berat sekali rasanya melepas seorang Senyum Pagi pada waktu itu.

            Hingga empat tahun lalu  tiba disini, aku pergi ke Hayden Building yang terletak di timur kota Boston untuk menjawab rasa penasaranku. Katamu di sana ada kutipan puisi di dinding relief yang ditulis Oleh Elizabeth semenjak kepergian kekasihnya. Tulisan itu berisi “Some people gone, some people stay. Some people hate and some people full of love. Never find we lose and over again. Here me and there you, someday in the right place year’s from now. We meet at the coffeshop, with full of love and with better person.”

            “Ngan, kali ini aku Cuma perlu biarin kamu.” –Senyum Pagi

            “Biarin apa?” –Angan

            “Biarin terlepas.” –Senyum Pagi

            Dan Senyum pagi benar. Nggak semuanya perlu diusahakan. Dan mungkin sudah seharusnya aku tetap di Boston dan membiarkan Senyum Pagi meneruskan perjalanan hidupnya.

 

***

            Juni 2021

            Hari ini terhitung 1.825 hari sejak hari itu. Dan Senyum Pagi menikah dengan seseorang yang bukan Angan.

            Pada akhirnya aku melepasmu kan Gi? Hari ini kamu menikah. Hari ini adalah hari bahagiamu. Rasanya sakit sekali setelah Angan di tinggal oleh Senyum Pagi dan hari ini Senyum Pagi yang Angan sayangi menikah dengan seseorang yang lain.

            “Ngan ingat gak waktu itu kamu bilang takut kehilangan Seorang Senyum Pagi?” –Senyum Pagi

            “Ingat. Kenapa?” –Angan

            “Pagi-pagi aku langsung berdoa. Minta ke Tuhan agar kamu tetap harus bahagia.”-Senyum Pagi

            “Oh ya? Dan Angan bahagia karena Senyum Pagi.” –Angan

            “Ngan, kalau nanti ternyata rencana Tuhan untuk tidak menyatukan kita, kamu harus tetap bahagia, ya. Senyum Pagi Cuma ingin melihat Angan selalu bahagia.” –Senyum Pagi

            Pagi, ternyata jauh sebelum hari ini, kita adalah kata yang tak lagi pernah berbicara. Dan aku adalah subjek kalimat yang dipaksa menyerah. Selamanya kita akan terus begitu. Aku sudah pernah memilikimu dalam hati, dalam doa, dalam mimpi dan rasa sakit. Yang abadi dalam rindu yang tak akan pernah bisa terobati.

            “Senyum Pagi, kamu ceritaku yang sudah selesai, namun tak akan pernah habis ku ceritakan.” –Angan

            Ternyata semesta punya cara yang lebih baik untuk Angan dan Senyum Pagi-

 

Related Posts:

  • About Season Her FlowersInilah rahasia hidup, Ingatlah mawar yang kau tanam, di taman sepanjang tahun, Mereka akan mengajarimu, Betapa manusia harus lay… Read More
  • Acak Where Life Bring Us? Oleh Alby Anzali siregar            Bila terbang membawamu pada rupa yang ind… Read More
  • October Sepetak Kenangan Bersama Ibu Oleh : Alby Anzalia Siregar Siapa yang datang? Hallo? Siapa disini? Oh ya kamu?......     &nbs… Read More
  • #Part II We Find of Name is God Oleh : Alby Anzalia Siregar            Kita pernah mengumpat pada satu cela… Read More
  • One Of Day Just Be Day Like EverydayAlby Anzalia Siregar               If I become like this wil… Read More

1 komentar: