Dari
Angan Untuk Senyum Pagi
Alby
Anzalia Siregar
“Can
you see? You got me going Crazy”
And
wherever you go whatever you do i’ll be right here,
Waiting
for you-
***
Hello Senyum Pagi, hari ini terhitung sejak 1.095 hari
sejak kepergianku ke Boston. Waktu itu, dimana ada Senyum Pagi pasti ada Angan.
Dan hari ini, Senyum pagi tidak ada disisi Angan. Berat sekali rasanya, tapi
senyum pagi pernah bilang Ia hanya ingin melihat seorang Angan bahagia. Aku
berusaha bahagia untuk senyum pagi. Oh ya Gi, Boston sudah memasuki musim semi hari ini.
Hari-hari menjadi hangat, kopi disini jadi lebih nikmat bila diseduh, dan kamu
tahu pohon sakura sudah bermekaran sepenuhnya. Ini kesukaan seorang senyum
pagi.
Dulu waktu melihat jelajah Universal, kamu ingin sekali
ke Boston pada saat musim semi tiba. Tapi sayang hari ini kamu tidak disini,
menyaksikannya bersamaku. Mungkin disana kamu tengah menikmati Banda Neira ya
Gi atau mungkin mengambil beberapa foto untuk dinikmati sendiri oleh seorang
senyum pagi.
Oh ya, aku ingin pergi ke Newbury Street. Disana ada
toko-toko dan kafe unik yang selalu ramai ketika musim semi. Dan aku ingin ke
Trident Bookssellers & Cafe unuk menikmati secangkir kopi hangat dan
menjelajahi buku-buku. Di sana, ada beberapa kafe yang berisikan perpustakaan
mini, yang bisa kita nikmati ketika sedang menikmati secangkir kopi hangat. Aku
tak ingin melewatkannya Pagi. Aku ingin kesana, mengobati rasa rinduku padamu.
Dulu di shalter Bogor, kamu akan uring-uringan mengajakku
ke Cafebook Shop untuk melihat beberapa buku sambil menikmati Vanilla Late
kesukaanmu. Dan kita selau mengambil tempat disudut ruang. Aku ingat bagaimana
kepalamu menggangguk dan tanganmu mengetuk pelan ketika memutar lagu Creep dari
Radiohead. Itu kesukaan senyum pagi. Ah Gi, bagian dari dirimu tidak ada yang
terlewat. Sedikitpun, disini.
“Ngan, kalau nanti kamu menyelesaikan seluruh mimpimu di
Boston. Ceritakan padaku ya, bagaimana Boston menghidupkan manusia-manusianya.
Dan oh ya, ceritakan padaku tentang bunga sakura pada saat musim semi. Jangan
lupa ya.” –Senyum Pagi
Dan hari ini, aku menceritakannya tetapi tidak dihadapan
seorang senyum pagi. Hanya di dalam draft email yang tak pernah berani aku
kirim. Dan untuk yang ke 1.095 hari, Senyum Pagi tetapi di hati seorang Angan.
***
“Angan, ternyata Banda Neira ini kecil ya?” –Senyum Pagi
“Iya. Gak butuh waktu lama untuk kita melihat suasana
kota di pulau Banda.” - Angan
“Tapi aku menyukainya. Suatu saat aku akan kembali lagi
kesini. Bersamamu.”-Senyum Pagi
September 2020
Hujan hari ini lambat dan panjang, Angan mematung.
Lanskap taman di depan balkon tak ingin menunjukkan diri, lampu merkuri temaram
di kaburkan oleh rintik hujan. Angan memperhatikan foto Pagi, wajah yang
pertama kali Angan lihat empat tahun lalu dan membuat matanya berbinar
semalaman, wajah yang entah bagaimana diciptakan Tuhan dengan alis yang
sempurna, hidung yang sempurna dan bibir yang sempurna. Tak pernah pergi dari
inti memorinya selama ini.
Hello Pagi, hari ini terhitung 1,460 hari setelah
pengumuman S2 ku di Boston dan bersamaan dengan hari saat kamu mengajakku ke
Banda Neira, kamu ingat? Tapi kita bingung. Waktu aku bilang aku akan
mengikutimu ke Banda Neira dan meninggalkan impianku tentang Boston. Kamu tidak
mau. Kamu tidak mau Seorang Angan kehilangan mimpi-mimpinya. Kamu tetap
memaksaku pergi dan kamu tetap memilih untuk tinggal di Banda Neira. Katamu
waktu itu, kamu bahagia bisa ke Banda Neira bersamaku tapi kamu lebih bahagia mendengar
keberhasilanku masuk ke Northeastern University di Boston.
Dan aku dengan berat hati, pergi meninggalkanmu. Untuk
melanjutkan mimpi kita masing-masing. Setelah hari kepergianku, aku tidak
pernah mendengar tentang keberadaanmu lagi tentang seorang Senyum Pagi sampai
hari ini. Oleh karena itu, aku selalu merindukan Senyum Pagi. Tentang Pagi yang
biasa mengacak-acak rambutku dan aku memberontak karenanya. Hingga kita berdua
tertawa. Kalau aja dulu aku memutuskan untuk bersikeras ikut denganmu pagi.
Tapi mungkin jalannya memang harus begini ya.
Aku menyesal untuk pergi ke sini. Tapi kamu tahu kan Gi,
kereta waktu tak akan pernah menunggu penumpang yang ragu, kan?. Ah waktu itu
aku melambaikan tangan, sambil menangis, ketika aku pergi meninggalkanmu
menjadi titik yang makin kecil dan semakin kecil lalu hilang dari pandangan dan
dari pelukan. Berat sekali rasanya melepas seorang Senyum Pagi pada waktu itu.
Hingga empat tahun lalu tiba disini, aku pergi ke Hayden Building yang
terletak di timur kota Boston untuk menjawab rasa penasaranku. Katamu di sana
ada kutipan puisi di dinding relief yang ditulis Oleh Elizabeth semenjak
kepergian kekasihnya. Tulisan itu berisi “Some
people gone, some people stay. Some people hate and some people full of love. Never
find we lose and over again. Here me and there you, someday in the right place
year’s from now. We meet at the coffeshop, with full of love and with better
person.”
“Ngan, kali ini aku Cuma perlu biarin kamu.” –Senyum Pagi
“Biarin apa?” –Angan
“Biarin terlepas.” –Senyum Pagi
Dan Senyum pagi benar. Nggak semuanya perlu diusahakan. Dan
mungkin sudah seharusnya aku tetap di Boston dan membiarkan Senyum Pagi meneruskan
perjalanan hidupnya.
***
Juni 2021
Hari ini terhitung 1.825 hari sejak hari itu. Dan Senyum
Pagi menikah dengan seseorang yang bukan Angan.
Pada akhirnya aku melepasmu kan Gi? Hari ini kamu
menikah. Hari ini adalah hari bahagiamu. Rasanya sakit sekali setelah Angan di
tinggal oleh Senyum Pagi dan hari ini Senyum Pagi yang Angan sayangi menikah
dengan seseorang yang lain.
“Ngan ingat gak waktu itu kamu bilang takut kehilangan
Seorang Senyum Pagi?” –Senyum Pagi
“Ingat. Kenapa?” –Angan
“Pagi-pagi aku langsung berdoa. Minta ke Tuhan agar kamu
tetap harus bahagia.”-Senyum Pagi
“Oh ya? Dan Angan bahagia karena Senyum Pagi.” –Angan
“Ngan, kalau nanti ternyata rencana Tuhan untuk tidak
menyatukan kita, kamu harus tetap bahagia, ya. Senyum Pagi Cuma ingin melihat
Angan selalu bahagia.” –Senyum Pagi
Pagi, ternyata jauh sebelum hari ini, kita adalah kata
yang tak lagi pernah berbicara. Dan aku adalah subjek kalimat yang dipaksa
menyerah. Selamanya kita akan terus begitu. Aku sudah pernah memilikimu dalam
hati, dalam doa, dalam mimpi dan rasa sakit. Yang abadi dalam rindu yang tak
akan pernah bisa terobati.
“Senyum Pagi, kamu ceritaku yang sudah selesai, namun tak
akan pernah habis ku ceritakan.” –Angan
Ternyata semesta
punya cara yang lebih baik untuk Angan dan Senyum Pagi-
Awesome.
BalasHapus