Seni
Berbahagia
Di
Athena, Pada abad ketiga sebelum Masehi, kesadaran dalam berkehidupan mencapai
titik tertinggi. Benak para penduduknya mencapai pada pertanyaan-pertanyaan.
Bagaimana cara kerja alam semesta? Apa yang nyata? Bagaimana ada manusia ditengah
kosmos? Kehidupan yang baik itu apa? Apa itu kehidupan yang berbahagia? Apakah
kedua hal itu – “baik” dan “Bahagia” – saling berselaras atau bertentangan? Apa
peran Tuhan dalam semua ini?
***
“Di Jagad Raya ini Nam kita harus punya guru yang kharismatik
untuk memulai kehidupan yang lebih baik dan lebih bajik yaitu dirimu sendiri.”
– Alby Anzalia
Jika kita mati kemudian menjadi tanah, apakah sebagian
orang masih mengingatnya? Kita terlalu ringan untuk bertahan, dan pelukan
terlalu hangat untuk menahannya. Dan takdir turun di saat keemasan fajar,
membalik halaman antara siang dan malam. Mungkin salah ketika kita mengingat
terobosan pada diri kita sendiri, sebagai sesuatu yang terjadi dalam
momen-momen luar biasa yang terpisah.
Mungkin jatuh cinta, pengetahuan yang menusuk akan
menyadarkan diri kita sendiri suatu saat kita akan mati. Dan hal berat yang
terjadi saat ini bukanlah kejadian yang tiba-tiba; mungkin mereka selalu hadir.
Mungkin mereka tidak pernah benar-benar lenyap.
Tiba-tiba aku pergi ke teras rumah dan melihat
orang-orang yang aku cintai duduk di bawah pohon rindang mengamati bunga,
orang-orang yang berlalu lalang. Itu adalah jenis kebahagiaan yang kerap kali
terjadi di rumahku. Dan semilir angin yang stabil, kesunyian, memenuhiku dengan
perasaan gembira dan damai. Itu adalah saat ketika semua pecahan yang berbeda
dalam hidupku seperti menyatu.
Setiap kesedihan dan kekecewaan masa lalu, Setiap rahasia
kecemasan dan ketidakpastian yang sekarang tersembunyi dibawah lapisan tanah
lembut besok akan tenang. Dunia tenang dan rapuh, sampai suatu ketika kita bisa keluar untuk
memecahkan keheningan dengan jejak, teriakan dan kegembiraan kita.
Aku teringat hari-hari itu seperti berada dipegunungan,
saat-saat langka melarikan diri ketika aku mampu pergi jauh ke hutan, nafasku
diperkuat dan suaraku entah bagaimana teredam oleh udara yang membengkokkan
dahan-dahan rendah, melayang diatas jalan setapak. Dunia, dalam beberapa jam
saja berubah. Ada malam musim dingin ketika tidak ada angin. Dan jika bulan
purnama, cahayanya menambah semacam kehangatan di sekitar bumi. Awan lebih
putih, langit lebih biru, udara merembes keparu-paru kita sejernih air hujan
yag turun.
Tempat dimana Surga lebih dekat, udara sangat dingin, dan
setiap nafas kita mengikuti kepulan doa-doa yang fasih. Tutup matamu. Dengarkan
hujan yang sunyi. Dengarkan jiwamu yang berbicara. Ada tiga aroma yang
mengingatkan kita tentang hari ini; kebahagiaan, kesedihan, dan kebaikan.
Hidup akan menyadarkan kita bahwa kita ada dan meminta
kita melakukan hal-hal yang membuat kita benar-benar hidup. A beautiful place
in the world that give us a little vison and especially of this wonderful and
dreamy corner. We can find a beautiful landscape and place. Someday, we meet
the wonderful opportunity to know, yeah someday.
Suatu hari nanti, kau
akan menoleh kebelakang.
Kau akan sadar betapa
bahagianya dirimu,
Bukan karena semuanya
sempurna,
Tapi karena kau
menemukan kesempurnaan....
...... didalam yang
terburuk.
-Alby
Anzalia Siregar-
Menyentuh sekali:)
BalasHapus