Langit Biru
Oleh Alby Anzalia Siregar
Setiap sore paling seru duduk diteras rumah
Minum teh manis dengan putu bambu dari mamang putu
bambu
Menyaksikan langit yang dari biru kemudian menjadi
jingga
Dan dalam waktu singat, disetiap sore,
Langit selalu menjadi begitu
***
Aku Niskala gadis umur 12 tahun yang tinggal disudut
desa. Hari-hariku adalah hari dimana menyelinap masuk sekolah kemudian bantu
ibu berkebun dan pergi kepasar untuk menjual daun sirih hasil panen pak Sapardi
tetangga sebelah. Uangnya bisa kutabung atau kupakai beli putu bambu atau juga
bisa kupakai untuk beli buku bekas diseberang pasar. Disamping rumah si Andi
temanku.
Aku Niskala yang ingin seperti capung, bisa terbang
bebas. Kemudian bawa ibu pergi kemanapun dan bercerita kepada teman-teman bahwa
ada kehidupan yang lebih dari ini diluar sana. Tapi itu nanti dulu, sebab aku
adalah aku yang hanya ingin temani ibu kepasar. Makan sayur asam dimangkuk
kembang-kembang atau menunggu mamang putu bambu.
Esok katanya, harus jauh lebih baik dari hari ini!
Kemudian esok setelah pulang sekolah aku ajak Andi dan teman-teman yang lainnya
bantu pak Sapardi untuk memetik sirih. Belakangan ini daun sirih pak Sapardi
tumbuh lebat-lebat, ia kebingungan memanennya sendiri, oleh karena itu aku ajak
Andi dan lainnya. Kemudian pak Sapardi senang, karena ada yang bantu. Aku,
Andi, Pak Sapardi dan teman-teman yang lain kegirangan karena panen banyak
sirih juga pasti dapat uang lebih untuk jajan besok pagi, beli putu bambu.
Tidak sampai disitu, tiba-tiba Ibu datang. Bukan untuk
membantu tapi memberikan kue getuk buatan ibu hasil panen dari belakang rumah.
Kami berterima kasih kepada Ibu, karena tahu perut kami sedang lapar. Kami
menikmati getuknya sambil minum teh manis hangat buatan pak Sapardi tapi kurang
manis. Hari itu kami nikmati sambil bercerita dengan pak Sapardi.
Kata pak Sapardi “Hidup ini harus dinikmati, dijalani dan
disyukuri. Kalianpun yang sedang tumbuh belajarlah untuk saling mengasihi dan
peduli satu sama lain.” Aku, Andi dan teman-teman mengangguk senyum. Kami
mengerti. Sebab kami adalah pengikut petuah pak Sapardi. Hari-hari didesa
adalah hari yang sangat menyenangkan.
Kalian tahu kenapa menyenagkan? Sebab disini hati kami
senang. Bisa main layang-layang, panen ubi, mancing dikolam bapak Nam di
kampung sebelah atau kami juga bisa petik mangga milik pak Nam. Pak Nam tidak
marah, sebab ia bukan orang yang pelit. Ia adalah seorang yang murah hati dan
gemar berbagi. Sebab itu kami suka main ke rumah pak Nam setelah pak Sapardi.
Ditempat Pak Nampun kami suka makan. Makan ikan hasil tangkapan, biasanya kami
nikmati sampai kenyang sampai perut buncit-buncit. Begitulah hari-hari kami
diisi.
Malam
hari aku andi dan teman-teman lainnya bawa senter pergi berjalan sedikit jauh
untuk pergi mengaji. Malam itu kami isi dengan banyak ilmu agama dengan
mengaji, hafal ayat pendek kemudian membaca nama-nama nabi atau malaikat, atau
sifat-sfiat nabi atau banyak hal lain lagi. Aku, Andi dan teman-teman yang
lainnya tidak boleh bermain saat mengaji sebab nanti atok marah lalu ia
kaluarkan bambu panjang untuk menakut-nakuti kami. Tapi kami tidak takut, sebab
kami anak baik yang menurut dan tidak mudah marah. Tapi itu kadang-kadang.
Karena kami tetap tumbuh menjadi seorang yang berubah kadang-kadang.
Pulang
mengaji, kami langsung pulang. Karena bagaimanapun di desa malam hari sangat
sunyi. Kata ibu, dahulu kala ada kunti berjalan kesana kemari. Tapi aku percaya
itu hanya cerita khayalan ibu saja agar kami tidak pergi berkeluyuran malam
hari keluar rumah. Intinya kami tidak takut, tapi kami tidak ingin keluar rumah
setelah pulang mengaji. Dan untuk menghabiskan malam, aku sering bercerita
dengan ibu. Sebab kami hanya tinggal berdua. Kami berusaha berbahagia dengan
apa yang ada. Ibu adalah pengganti bapak saat ia sudah meninggal. Sebab ibu
adalah bapak dalam satu tubuh. Aku rindu bapak, sebab itu aku kirim doa-doa
yang panjang berharap bapak dengar.
Kata
ibu “kita harus bersyukur sebab dunia bukan milik seseorang saja. Nanti kita
akan berdamai dengan kehilangan dan menyadari bahwa semua yang sudah terjadi
akan Tuhan gantikan.” Dulu, waktu ibu bilang itu aku menangis. Karena ibu
mencoba senyum, ia kuat. Ibu adalah ibu seorang pahlawan dalam hidupku. Ibu
adalah ibu yang pandai masak sayur asam juga yang lainnya kalau aku mau. Ibu
adalah ibu yang ingin aku bawa terbang jauh kemanapun. Sebab ibu dihatiku,
dihidupku.
Kemudian,
begitulah hari-hariku diisi. Aku adalah aku yang ingin terbang bebas sampai
keawan-awan, aku adalah aku yang menulis pakai pena tutup ice cream.
Hari-hariku disini dengan Ibu, minum teh manis hangat, menyaksikan mamang putu
bambu lewat depan rumah, bunga seruni, dan lain-lainnya. Aku bersyukur disini,
karena kami kecil-kecil pandai bersyukur.
Aku selalu merindukan hari-hariku di
lembah dekat rumah. Nyanyian tenggoret, kodok dan menunggu panen kacang
panjang, daun ubi, kunyit, lengkuas, jeruk purut dan semua-semuanya yang
menjadi ramai. Merayakan hujan turun dari langit bergemuruh. Kalau sudah begitu
riuh, jalan menjadi becek membuat aku, Andi dan teman-teman lainnya terpeleset
terpental-pental sampai punggung sakit. Disini tidak pernah sepi. Sebab Andi
dan anak lelaki lainnya suka main bola, lompat dan lari sana sini. Terkadang
pakai suara teriakan, marah-marahan lalu baik-baikan. Begitulah, hari-hari kami
diisi yang berjalan lambat dan tenang. Walaupun begitu aku, Ibu, Andi, Pak
Sapardi, Pak Nam dan yang lainnya selalu berbahagia, Mamang Putu bambu juga
berbahagia. Sebab tiap hari Tuhan datang dini hari, beri kami Rezeki. Dengan
demikian, kami bisa hidup, kami bisa bersekolah, berjualan kemudian makan
dimangkuk kembang-kembang pakai Sayur asam buatan ibu. Hangat sekali.
-Selesai-
Biodata
Penulis
Hallo, perkenalkan nama saya Alby Anzalia Siregar atau
biasa disapa Alby. Lahir di kisaran pada tanggal 15 Februari 1997. Gemar
membaca, menulis dan memasak. Beberapa karya lainnya telah hadir di berbagai
media lain dan untuk cerita “Langit Biru” adalah yang pertama hadir disini.
Alby bisa kalian temui di Instagram atas nama : alby.anzalia: Facebook: Alby
Anzalia Siregar; Email: albyanzaliasiregar@gmail.com
; Blog: www.alby-anzalia-blogspot.com
. cerita ini akan membawa kalian berkelana kekehidupan masa lalu kemudian
melihat kalian kedalam yang sekarang. Sebab hidup adalah sebuah keajaiban yang
harus disaksikan. Untuk siapapun yang membaca berbahagia selalu, terhibur
kemudian suka. Sekian dan terimakasih. Salam hangat dari Alby J
0 komentar:
Posting Komentar