Sabtu, 31 Juli 2021

^_^

 

Perupa

Alby Anzalia Siregar



Siapa gerangan dibalik pagi?

Berpita manis seperti boneka,

Berdiri tegap serupa puan pengembara

Siapakah gerangan dibalik Jingga?

Bila benar ia, hendak kubawa melihat lembah

***

            Pukul 10 pagi lewat lima belas menit hari ini, pak pos bawa berita tentang surat yang sampai. Dalam amplop berawarna putih berpita manis seperti gadis kecil yang bermain di depan rumah. Ini adalah ribuan surat yang berkali-kali dikirim sejak tiga tahun lalu. Isinya tak lebih dari puisi-puisi yang indah serupa senyum yang kupuja-puja.

            Katanya Selatan ramai sekali seperti ibu kota. Ia makan sayur asam buatan ibu lengkap dengan teh bunga talang yang di petik di pekarangan rumah. Kemudian ia mengayuh sepeda ingin kerumah pak Pram mengambil belimbing wuluh untuk dijualkan ke pasar. Ia melewati hamparan sawah yang luas, jalanan yang sepi dan rumah-rumah kecil pembuatan tembikar.

            Katanya hari-harinya serupa kupu-kupu cantik yang terbang, bebas. Ia bisa menghirup udara segar dengan lapang, menikmati segala hal yang datang tanpa khawatir. Ia merasa seperi memeluk bumi. Mendekap matahari sehangat cakrawala kemudian memiliki hati selapang langit nan luas diatas sana. Katanya, ia benar-benar bahagia.

            Kemudian esoknya, Ia buat roti kering tanpa gula. Ia makan bersama Ibu, kak Ann dan anak-anak desa pakai susu kedelai buatan kak Ann. Setelahnya mereka beramai-ramai mengecat tembok rumah yang mulai usang, menyenangkan! Makan nasi padang dilesehan pakai air putih. Kalau lelah mereka tukar diri kemudian nyanyi ilang satu ilang dua dan ilang tiga kemudian seterusnya. Pakaian-pakaian yang awalnya bersih itu sudah dilumuri cat warna-warni. Tapi mereka senang sampai joget-joget. Katanya hari itu, ia terasa dipeluk.

            Namun ia sudahi hanya sampai disitu saja. Sebab esoknya ia mau pergi berpetualang. Cari kunang-kunang dilembah Anai sambil mendengar air mengalir dari sungai hilir. Ia pakai sepatu besar katanya berat. Kemudian pakai kemeja kotak-kotak lengkap dengan sweather, jeans dan topi bundar ala-ala pak Tani diseberang jalan. Katanya ia ingin pergi tanpa merencanakan apapun. Lalu pulang bawa banyak hal. Tentang matahari terbit, cerita malin kundang, dongeng ngarai sianok, tentang indahnya awan di atas gunung. Lalu pergi berjalan kaki kekebun teh melihat ibu-ibu canitk yang lenitk memetiki pucuk daun teh. Katanya hari-harinya indah, seindah melihat lembaran foto-foto yang berhasil aku kirim.

            Dan... aku bangkit dari meja bacaku. Surat terakhir sudah selesai, giliran aku membalasnya untuk dikirim kembali. Aku bilang, tidak ada yang istimewa hari ini seperti biasa. Tapi sayang, aku selalu mengingatnya seperti jumpa pertama. Sepasang mata berpendar seperti cahaya bola lampu, hidup dan benderang. Kamu yang bercerita tentang bulan dan musim panen. Mendengar kabar tanggal dari angin, kita yang bersepeda sampai atas bukit. Mungkin karena aku yang berjalan kekotamu, menyalakan keberanian yang kelak dirayakan dari warung nasi padang lalu termahsyurlah segala hal baikmu.

            Tapi selain itu, hari ini aku hendak menyebrangi gerimis. Melewati depan toko-toko kemudian menepi pada sebuah atap dan membiarkan segalanya seperti sedia kala. Selatan sering kubayangkan tidak jauh. Tebak? Dulu siapa yang sering memesan es kelapa muda sampai suka dengan mamang es kelapanya. Tapi aku cemburu, kemudian aku meminta monyet saja untuk memanjat pohon kelapanya kemudian memberikannya untukmu. Aku tertahan disana, sampai terisak porak poranda. Nanti setelah badai di kepalaku berlalu, segalanya akan kulanjutkan. Namun senyum dan cerita tentangmu akan tetap semula.

            Apalagi ya? aku bingung. Sebab disini tidak ada Ibu, Kak Ann, Pak Pram, dan anak-anak desa. Disini hanya ada aku dan ikan lele berkumis punya badan besar dan berat, tapi malas. Ia Cuma tidur didalam air, mau aku goreng tapi sayang. Kamu tahukan bagaimana kalau aku sudah sayang pada sesuatu walaupun ia gak berguna. Seperti si Lele! Tapi jangan khawatir disini ada anak namanya utun ia temanku makan indomi di mangkuk kembang-kembang, teman ku melukis dan mencari ubi di belakang rumah. Utun adalah temanku, tapi tidak untuk layang-layang. Sebab aku sudah besar, ia masih kecil. Seperti keledai. Aku sudahi saja sampai disini, karena aku ingin jadi ranger putih sama Utun. Mau bekerja sampai pagi,sampai kami ngantuk-ngantuk. Sampai bapak penjual bakpau lewat dari depan rumah. Sampai Ibunya si Utun bilang Hallo ini sudah pagi menjelang siang. Intinya sampai perut kami merasa lapar kembali. Baca surat ini pakai “hahahaha” ya! karena harus ketawa. Kalau tidak aku ulang lagi. Lebih dari ini. Jadi dibaca, mohon dibaca pakai ketawa! Maaf jika aku kasar, tapi aku rindu tentang perupa dibalik jingga. Gerangan siapa Ia, adalah perempuan yang habiskan bakpau milikku padahal sisa satu. Tapi bagaimanapun, tak menghilangkan rasa sayangku.

Tentang Perupa

Kita selalu sarapan mentari

Mengahangat besama suasana

Disuguhkan dengan kesungguhan

Kita adalah penikmat penjual koran yang berjalan kaki

Pak Pos pengirim surat

Nasi padang di atas lesehan

Surat-surat yang di tulis pakai pena tutupnya model ice cream

Kita adalah kita

Yang merayakan hari tanpa kue dengan gula-gula

Sebab aku ingin,

Membacakan banyak puisi untukmu sayang

Sampai pagi

Sampai kita tidak mampu berbicara apa-apa lagi

                                                                              ***

Tentang Setelahnya

            Hallo aku adalah Si pemilik Nama lengkap Alby Anzalia atau biasa disapa Alby. Lahir di Kisaran pada tanggal 15 Februari 1998 tapi sayang dipalsukan menjadi 1997 katanya dulu anak-anak yang mengikuti UN harus lebih tua padahal tidak punya pengaruh apa-apa. Hobiku membaca, menulis dan memasak. Aku adalah pembaca yang menikmati ale-ale, penulis yang menyukai pena tutup ice cream. Aku adalah aku yang ingin hidup kemudian terbang bebas sampai ke awan-awan. Melihat bumi dengan segala rupa bentuknya. Aku adalah aku yang meneguk teh manis di pagi hari, tidak ada yang berbicara, tidak ada tuan rumah, tidak ada tukang koran, hanya ada embun di bunga seruni dan aku.

            Aku selalu merindukan hari-hariku di lembah dekat rumah. Nyanyian tenggoret, kodok dan kacang panjang, daun ubi, kunyit, lengkuas, jeruk purut dan semua-semuanya yang menjadi ramai. Merayakan hujan turun dari langit bergemuruh. Kalau sudah begitu riuh, jalan menjadi becek membuat kami terpeleset terpental-pental sampai punggung sakit. Oh ya.. kamarku tidak pernah sepi. Selalu penuh dengan suara anak-anak main bola, lompat sana sini, kemudian oleng karena lelah kemudian aku tenggelam didalamnya. Lain kali ketika kalian kesini, aku ingin buatkan sayur asam manis dengan buatan tangan ini dan memerkannya kepada kalian yang datang, kalau kalian mau.

            Dan sudah yang terakhir kalinya, aku ingin sampaikan kabar baik seperti bulan-bulan berpendar diatas cahaya. Katanya tulisan-tulisan yang ada di blogku ini sebagian akan hadir di Media Hipwee yang akan bergabung dengan penulis lainnya. Terimakasih aku ucapkan, mari kita rayakan dengan minum ale-ale dan makan kue kering warna merah, kuning, hijau dipiring kembang-kembang kemudian meilhat capung beterbangan di pekarangan luas gerangan entah siapa pemiliknya.  Aku tutup dan ucapkan maaf serta terimakasih. Sekian dariku, kupeluk erat sampai terpental-pental, karena begitu bahagianya.

-SELESAI-

                                                                                                


Related Posts:

  • #Part II We Find of Name is God Oleh : Alby Anzalia Siregar            Kita pernah mengumpat pada satu cela… Read More
  • One Of Day Just Be Day Like EverydayAlby Anzalia Siregar               If I become like this wil… Read More
  • Sebuah Catatan- Perjalanan Oleh : Alby Anzalia Siregar            Mungkin pernah ada masa di mana aku bukanlah aku… Read More
  • Acak Where Life Bring Us? Oleh Alby Anzali siregar            Bila terbang membawamu pada rupa yang ind… Read More
  • Hati-hati di jalan- KANVAS Oleh : Alby Anzalia Siregar             The Sunset is Beautiful, isn’it? &nbs… Read More

0 komentar:

Posting Komentar