Bulan
dalam Dekapan
Oleh
Alby Anzalia Siregar
Kita bukan apa-apa,
yang akan jadi apa-apa
Seonggak semut yang
akan jadi bintang
Ulat yang akan jadi
rembulan
Kemudian jangkrik yang
akan jadi langit
***
Semalam pagi Venus gagal, kehilangan separuh nyawa
setelah bertarung. Ia menangis kemudian peluk bapak yang sudah tua. Bapak beri
makan putu bambu di pekarangan rumah, ajak Venus bercerita banyak sekali. Kata
Bapak “gak ada namanya gagal, kalau kita mau coba lagi. Apapun”. Venus diam
kemudian ambil putu bambu untuk dimakan pelan-pelan.
Bapak pergi lagi ngangon sapi, bawa parang kemudian pakai
kaos tipis yang sudah kumal. Tapi bapak semangat, semangatnya gak pernah hilang
dari dulu. Mungkin sudah sejak lahir. Buk Yen sebelah bilang, Bapak itu
orangnya baik tapi kadang nyebelin karena kasih susu Sapi tanpa bilang-bilang
jadinya Buk Yen gak enakan. Venus Cuma ketawa ia terhibur.
Kemudia buk Yen bilang lagi “Ven, Bapak, Ibu dan semua
orang itu suka tinggal disini. Karena kami terlahir disini. Kadang-kadang ya
Ven tidak memaksakan sesuatu dan mengikuti apa saja yang sudah terjadi. Buat
tenang. Waktu makan semangka tenang, gak ada duit tenang, gak ada jaringanpun
tetap tenang.”. Venus Cuma diam mengangguk.
Venus kemudian pergi, ambil pancing buat nangkap ikan.
Bukan jaring tapi mancing ikan. Untuk di beri ke si Rengganis Cantik kawannya
si Venus yang sekarang sudah jadi tukang jahit di kampung. Ia sukses namanya
bermekaran kemana-mana. Baju-baju hasil buatannya cantik-cantik. Orang-orang
yang lihat pasti ingin pakai, ya karena yang
buat si Rengganis Cantik. Tapi Venus gak jatuh hati sama Rengganis
Cantik. Rengganis hanya sahabat untuk Venus.
Beberapa jam kemudian....Venus gak dapat ikan lalu dia
nyerah dan ambil mangga di kebun pak Sapardi. Tapi pak Sapardi bilang jangan
banyak-banyak nanti perut Venuns kembung-kembung karena banyak makan mangga.
Padahal mangganya bukan untuk Venus tapi untuk Rengganis Si Cantik. Sesampai di
rumah Rengganis Cantik, ia melihat Rengganis duduk di teras rumah, makan pecel lele
tapi gak ada lelenya. Rengganis bilang “Venusss semangat ya. nanti kamu manjat
pohon karsen aja biar kelihatan besar. Jadi orang lain gak anggap kamu kecil
sekali. Aku suka sebel kalau ada yang ngejelekin kamu. Memang ya omongan orang
itu berisik.” Lalu Venus tersenyum mendengar celotehan temannnya itu. Kata
Venus seperti tong yang dipukul berisik.
Venus tenang disini banyak orang baik, banyak yang bantu
Venus. Kalau gak punya uang Venus bisa olah apapun yang ada disekitar buat
mencukupi hidup Venus. Venus orang yang pintar karena rajin baca bukan ngurusin
hidup orang lain. Banyak yang suka sama Venus karena anaknya berbakti, ada juga
yang tidak suka karena Venus itu kelihatan Sempurna. Venus sudah meninggalkan
segala hal yang tidak memberi makna kemudian mencari sesuatu yang lebih
berarti. Intinya hidup Venus jauh lebih bahagia, disini. Tapi kalau gagal suka
nangis ya Venus.
Venus itu jangkrik tapi yang ingin jadi langit,
semua-semuanya yang ingin jadi bercahanya dan diingat banyak orang. Kata Venus
rumus mekanika Kuantum, teori Algoritma, teori Philips hanyalah sebuah kata
yang bisa ngajarin kita Bersyukur. Ya Bersyukur kita bisa hidup. Bisa makan,
bisa minum susu, bisa berbuat baik kebanyak orang, bisa ngitung uang dan banyak
lagi tapi sayang gak bisa hitung gravitasi buah kelapa jatuh dari pohonnya
soalnya lupa rumusnya.
Intinya
kata Venus cepat atau lambat kita akan hilang di telan Bumi dan gak bawa
apa-apa. Jadi kata Venus kalau mau lari jangan cepat-cepat, soalnya kalau udah
sampai disana gatau mau apa lagi yang dicari. Ya pelan-pelan aja. Soalnya kalau
terlalu kencang lari lupa memanusiakan manusia lain. Venus bilang yang
sederhana saja yang lebih bermakna. Tuhan jadi lebih sayang. Kemudian Venus
minum susu sapi yang dibawa bapak pulang ngangon sapi. Mereka makan malam telur
dadar pakai daun ubi di piring kaleng peninggalan ibu sampai perut kenyang.
Sampai itik-itik lewat dari depan rumah Venus dan Bapak.
-SELESAI-
0 komentar:
Posting Komentar