Rabu, 28 Juli 2021

Venus dan Desa

 

Bulan dalam Dekapan

Oleh Alby Anzalia Siregar


 
 

Kita bukan apa-apa, yang akan jadi  apa-apa

Seonggak semut yang akan jadi bintang

Ulat yang akan jadi rembulan

Kemudian jangkrik yang akan jadi langit

***

            Semalam pagi Venus gagal, kehilangan separuh nyawa setelah bertarung. Ia menangis kemudian peluk bapak yang sudah tua. Bapak beri makan putu bambu di pekarangan rumah, ajak Venus bercerita banyak sekali. Kata Bapak “gak ada namanya gagal, kalau kita mau coba lagi. Apapun”. Venus diam kemudian ambil putu bambu untuk dimakan pelan-pelan.

            Bapak pergi lagi ngangon sapi, bawa parang kemudian pakai kaos tipis yang sudah kumal. Tapi bapak semangat, semangatnya gak pernah hilang dari dulu. Mungkin sudah sejak lahir. Buk Yen sebelah bilang, Bapak itu orangnya baik tapi kadang nyebelin karena kasih susu Sapi tanpa bilang-bilang jadinya Buk Yen gak enakan. Venus Cuma ketawa ia terhibur.

            Kemudia buk Yen bilang lagi “Ven, Bapak, Ibu dan semua orang itu suka tinggal disini. Karena kami terlahir disini. Kadang-kadang ya Ven tidak memaksakan sesuatu dan mengikuti apa saja yang sudah terjadi. Buat tenang. Waktu makan semangka tenang, gak ada duit tenang, gak ada jaringanpun tetap tenang.”. Venus Cuma diam mengangguk.

            Venus kemudian pergi, ambil pancing buat nangkap ikan. Bukan jaring tapi mancing ikan. Untuk di beri ke si Rengganis Cantik kawannya si Venus yang sekarang sudah jadi tukang jahit di kampung. Ia sukses namanya bermekaran kemana-mana. Baju-baju hasil buatannya cantik-cantik. Orang-orang yang lihat pasti ingin pakai, ya karena yang  buat si Rengganis Cantik. Tapi Venus gak jatuh hati sama Rengganis Cantik. Rengganis hanya sahabat untuk Venus.

            Beberapa jam kemudian....Venus gak dapat ikan lalu dia nyerah dan ambil mangga di kebun pak Sapardi. Tapi pak Sapardi bilang jangan banyak-banyak nanti perut Venuns kembung-kembung karena banyak makan mangga. Padahal mangganya bukan untuk Venus tapi untuk Rengganis Si Cantik. Sesampai di rumah Rengganis Cantik, ia melihat Rengganis duduk di teras rumah, makan pecel lele tapi gak ada lelenya. Rengganis bilang “Venusss semangat ya. nanti kamu manjat pohon karsen aja biar kelihatan besar. Jadi orang lain gak anggap kamu kecil sekali. Aku suka sebel kalau ada yang ngejelekin kamu. Memang ya omongan orang itu berisik.” Lalu Venus tersenyum mendengar celotehan temannnya itu. Kata Venus seperti tong yang dipukul berisik.

            Venus tenang disini banyak orang baik, banyak yang bantu Venus. Kalau gak punya uang Venus bisa olah apapun yang ada disekitar buat mencukupi hidup Venus. Venus orang yang pintar karena rajin baca bukan ngurusin hidup orang lain. Banyak yang suka sama Venus karena anaknya berbakti, ada juga yang tidak suka karena Venus itu kelihatan Sempurna. Venus sudah meninggalkan segala hal yang tidak memberi makna kemudian mencari sesuatu yang lebih berarti. Intinya hidup Venus jauh lebih bahagia, disini. Tapi kalau gagal suka nangis ya Venus.

            Venus itu jangkrik tapi yang ingin jadi langit, semua-semuanya yang ingin jadi bercahanya dan diingat banyak orang. Kata Venus rumus mekanika Kuantum, teori Algoritma, teori Philips hanyalah sebuah kata yang bisa ngajarin kita Bersyukur. Ya Bersyukur kita bisa hidup. Bisa makan, bisa minum susu, bisa berbuat baik kebanyak orang, bisa ngitung uang dan banyak lagi tapi sayang gak bisa hitung gravitasi buah kelapa jatuh dari pohonnya soalnya lupa rumusnya.

Intinya kata Venus cepat atau lambat kita akan hilang di telan Bumi dan gak bawa apa-apa. Jadi kata Venus kalau mau lari jangan cepat-cepat, soalnya kalau udah sampai disana gatau mau apa lagi yang dicari. Ya pelan-pelan aja. Soalnya kalau terlalu kencang lari lupa memanusiakan manusia lain. Venus bilang yang sederhana saja yang lebih bermakna. Tuhan jadi lebih sayang. Kemudian Venus minum susu sapi yang dibawa bapak pulang ngangon sapi. Mereka makan malam telur dadar pakai daun ubi di piring kaleng peninggalan ibu sampai perut kenyang. Sampai itik-itik lewat dari depan rumah Venus dan Bapak.

 

-SELESAI-

Related Posts:

  • Acak Where Life Bring Us? Oleh Alby Anzali siregar            Bila terbang membawamu pada rupa yang ind… Read More
  • sudut desa Langit Biru Oleh Alby Anzalia Siregar Setiap sore paling seru duduk diteras rumah Minum teh manis dengan putu bambu dari mamang putu bambu … Read More
  • Sebuah Catatan- Perjalanan Oleh : Alby Anzalia Siregar            Mungkin pernah ada masa di mana aku bukanlah aku… Read More
  • Hati-hati di jalan- KANVAS Oleh : Alby Anzalia Siregar             The Sunset is Beautiful, isn’it? &nbs… Read More
  • Memaknai Kemerdekaan di Masa Pandemi  Memaknai Kemerdekaan di Masa Pandemi! Oleh : Alby Anzalia Siregar                    &n… Read More

0 komentar:

Posting Komentar