Rabu, 29 Juni 2022

Acak

 

Where Life Bring Us?

Oleh Alby Anzali siregar

            Bila terbang membawamu pada rupa yang indah? akankah menjadikanmu bersenyawa menjadi seperti semula? Udara yang sejuk akan bawamu pada Syukur yang membentang luas. Kita tak pernah bisa benar-benar selalu baik dan berbahagia. Rasa sedih yang lebih, Cemas yang mengembang datang begitu saja jauh lebih sering datang daripada relung bahagia yang terisi. Namun, begitulah keadaannya KuasaNya membiarkan kita merasakan segalanya.

            Hari ini, aku hanya menulis dengan acak tanpa tujuan seperti hidup-hidup yang tengah disusun namun hancur ditengah perjalanan. Seperti susunan Puzzle yang berantakan sebelum tepat sasaran. Aku merasakan penuh sesak namun bahagia setengahnya kemudian begitu seterusnya. Gagal diperjalanan, menangis terisak, Saku yang tak pernah benar-benar terisi penuh segala keberantakan apa adanyaku segala payahku, kurangku, sisa sisa buruk rupa diriku namun adanya aku inilah “Aku”.

            Aku tak menitipkan apa-apa, sebab disini adalah tulisan yang tengah dirangkai susah payah seperti butiran debu yang menempel pada pakaian yang dipakai entah keberapa kali berusaha menyingkirkannya ia akan tetap ada disana. Kehidupan membawa kita pada apa-apa yang tak pernah kita duga sama sekali seperti kemauan yang tak akan pernah benar-benar bisa diisi penuh sendirian ia membutuhkan tangan orang lain yang menenangkan atau mungkin pelukan penuh dari orang-orang terkasih yang mampu menguatkan.

            Aku tak bisa berucap sesuatu yang baik, sebab akupun tak pernah benar-benar merasa baik. Perjalanan-perjalanan yang amat panjang sebelum Pulang ini, bawa banyak bingkisan baik yang hendak dibekali kepada ia pemilik Limpahan Kasih sayang dan penuh Cinta itu. Bawa banyak makna baru sebelum bumi yang amat kita kejar ini hilang begitu saja. Sebab perjalanan masa depan yang paling baik ialah perjalanan menuju Tuhan itu sendiri.

            Kemana hidup akan membawamu? Mungkin ia akan serupa pada segala hal-hal yang kau tuai semasa hidupmu. Bila itu baik maka baik akhirnya jika buruk pun aku rasa akan berakhir buruk. Dunia ini katanya sementara, harapku dalam cemas setiap hari semoga ia membawa sisa nafas yang melegakan meski khawatir terisi direlung persimpangan. Semoga pada apapun yang kita sesali bahwa hal baru yang akan sangat kita syukuri seperti memupuk doa perlahan bermunculan kepermuakaan.

            Dihati orang-orang, mungkin kita hanyalah manusia yang tak dapati banyak kasih sayang dan penolakan namun dihatiNya kita dapati curah limapahan kasih sayang. Tak tau kemana berpulangmu Ia ada datang perlahanmu. Kemungkinan, seperti itulah masa depan yang baik yaitu jalan menujuNya. Rupa-rupa yang kau punya, beban-beban yang kau agungkan adalah kepemilikanNya yang maha cinta. Relevansi perjalanan dengan kehidupan setelahnya bawa banyak kejutan-kejutan yang kiranya tidak akan pernah bisa kita mampu untuk tebak. Kuharap, apapun untuk hidup biarlah diberikanNya banyak hal baik meski luka terjal datang bergantian kurasapun tak apa-apa.

            Aku tengah menulis acak, bercerita tentang banyak hal yang tak menolak. Mungkin ditengah inipun aku mencoba bertanya sendiri pada aku yang mungkin aku. Benarkah tulisan ini akan segenapnya melekat dihati banyak orang? atau mungkin ia dibiarkan berdebu seperti semula seperti tuan yang tak memiliki rumah. Tapi mungkin kuasaku sampai disitu saja.

            Di akhir aku hanya ingin menyelipkan sebuah ucapan bahwa “Tidak ada kata-kata yang mampu meredakan rasa khawatir. Tapi ketahuilah bahwa kita sangat dekat pada setiap renungan dan doa. Agar ditengah kesedihan kita menemukan hiburan dalam semua kenangan menyenangkan yang sudah kita lewati. Tuhan akan menghapus setiap air mata dari mata kita, Semoga tidak ada lagi tangisan dan rasa sakit hingga semuanya menjadi berlalu.”

            Akan selalu ada doa-doa baik yang terisi setiap harinya. Pun semoga hari ini terwjudkan bagi mereka yang membacanya.

0 komentar:

Posting Komentar