Sepetak
Kenangan Bersama Ibu
Oleh
: Alby Anzalia Siregar
Siapa
yang datang?
Hallo?
Siapa
disini?
Oh
ya kamu?......
Hari
ini aku akan pergi membawa surat kabar dari Paman Doli. Katanya hari ini adalah
hari yang baik. Oleh sebab itu aku berlari jingkrak kesana kemari. Kau tahu?
Aku tinggal sendirian sebatang kara disini sebab keluargaku sudah lama mati.
Aku pernah menangis iya menangis kemudian paman Doli datang memelukku. Katanya
kita semua akan pergi dan bermatian sebab penduduk bumi dan seisinya adalah
kepemilikan Tuhan. Kita bukan apa-apa karena bukan apa-apa.
Hari
dimana aku akan menangis adalah hari dimana aku merindukan Ibu. Merindukan
Semangkuk sayur asam dimangkuk kembang-kembang. Merindukan suara serdadu malang
jika aku ingin tertidur. Di dapur suara mangkuk berjatuhan atau Ibu memanggil “Leeee.
Hari-hari tidak ada Ibu adalah hari kesedihan sepanjang masa ia akan
benar-benar mati semati-matinya.
Jika
aku bilang aku baik baik saja mungkin tidak akan pernah menjadi benar-benar
baik. Sebab hatiku sepenuhnya dibawa Ibu. Oh iya aku ingat!! Aku pernah diajak
Ibu ke Pasar membeli Cabai juga Ikan Kembung kesukaan. Ia menitipkanku uang
untuk kubelikan gulali. Namun kau tahu apa yang aku lakukan? Aku membelikannya
permen nano-nano kesukaan Ibu. Sebab jika tidak makan permen nano-nano Ibu akan
marah semarah-marahnya setiap hari. Dulu aku pikir jika tidak melihat ibu marah
maka akan membuat hatiku tenang. Namun ternyata sebaliknya.
Sebab
aku akan selalu merindukan Ibu. Sebab hatiku ingin Ibu disini bersama
malam-malam yang panjang. Sebab aku merindukan Ibu ketika tengah duduk
dipekarangan menunggu mamang putu Bambu. Sebab sekarangpun Mamang Putu Bambu
akan selalu merindukan Ibu. Ibu benar-benar hilang disini namun aku mendengan
suara Tuhan. Katanya Ibuku tengah menari di Syurga. Ia menitipkanku pada Tuhan.
Katanya Ibuku sudah bahagia disana lebih bahagia daripada di Bumi.
Jika
memang benar kata Tuhan, aku akan benar-benar berbesar hati. Nanti jika aku
mati juga akan aku bawakan Permen nano-nano kesukaan Ibu. Agar ibu tetap
menyanyi dan menari ditengah Syurga. Dan aku akan menjadi lebih bahagia sebab
bertemu Ibu. Sepertinya Paman Doli akan kesusahaan. Kau tahu kenapa? Sebab tak akan
ada yang membawakannya Surat Kabar.
Paman
Doli yang baik hati, Terimakasih. Sebabmu aku, Ibu menjadi kuat sampai yang
sekarang ini. Janji aku tidak membawakanmu tenggoret lagi agar kau menyayangiku
selalu.
-Tamat-
0 komentar:
Posting Komentar