Sabtu, 22 Oktober 2022

October

 

Sepetak Kenangan Bersama Ibu

Oleh : Alby Anzalia Siregar


Siapa yang datang?

Hallo?

Siapa disini?

Oh ya kamu?......

 

            Hari ini aku akan pergi membawa surat kabar dari Paman Doli. Katanya hari ini adalah hari yang baik. Oleh sebab itu aku berlari jingkrak kesana kemari. Kau tahu? Aku tinggal sendirian sebatang kara disini sebab keluargaku sudah lama mati. Aku pernah menangis iya menangis kemudian paman Doli datang memelukku. Katanya kita semua akan pergi dan bermatian sebab penduduk bumi dan seisinya adalah kepemilikan Tuhan. Kita bukan apa-apa karena bukan apa-apa.

            Hari dimana aku akan menangis adalah hari dimana aku merindukan Ibu. Merindukan Semangkuk sayur asam dimangkuk kembang-kembang. Merindukan suara serdadu malang jika aku ingin tertidur. Di dapur suara mangkuk berjatuhan atau Ibu memanggil “Leeee. Hari-hari tidak ada Ibu adalah hari kesedihan sepanjang masa ia akan benar-benar mati semati-matinya.

            Jika aku bilang aku baik baik saja mungkin tidak akan pernah menjadi benar-benar baik. Sebab hatiku sepenuhnya dibawa Ibu. Oh iya aku ingat!! Aku pernah diajak Ibu ke Pasar membeli Cabai juga Ikan Kembung kesukaan. Ia menitipkanku uang untuk kubelikan gulali. Namun kau tahu apa yang aku lakukan? Aku membelikannya permen nano-nano kesukaan Ibu. Sebab jika tidak makan permen nano-nano Ibu akan marah semarah-marahnya setiap hari. Dulu aku pikir jika tidak melihat ibu marah maka akan membuat hatiku tenang. Namun ternyata sebaliknya.

            Sebab aku akan selalu merindukan Ibu. Sebab hatiku ingin Ibu disini bersama malam-malam yang panjang. Sebab aku merindukan Ibu ketika tengah duduk dipekarangan menunggu mamang putu Bambu. Sebab sekarangpun Mamang Putu Bambu akan selalu merindukan Ibu. Ibu benar-benar hilang disini namun aku mendengan suara Tuhan. Katanya Ibuku tengah menari di Syurga. Ia menitipkanku pada Tuhan. Katanya Ibuku sudah bahagia disana lebih bahagia daripada di Bumi.

            Jika memang benar kata Tuhan, aku akan benar-benar berbesar hati. Nanti jika aku mati juga akan aku bawakan Permen nano-nano kesukaan Ibu. Agar ibu tetap menyanyi dan menari ditengah Syurga. Dan aku akan menjadi lebih bahagia sebab bertemu Ibu. Sepertinya Paman Doli akan kesusahaan. Kau tahu kenapa? Sebab tak akan ada yang membawakannya Surat Kabar.

            Paman Doli yang baik hati, Terimakasih. Sebabmu aku, Ibu menjadi kuat sampai yang sekarang ini. Janji aku tidak membawakanmu tenggoret lagi agar kau menyayangiku selalu.

 

-Tamat-

           

0 komentar:

Posting Komentar