Rabu, 23 Oktober 2024

Before 2024 End-

 

My Journey

 



Di tahun 1949, Paul Bowles dalam novel tempat berlindung dibawah langit ia mengatakan bahwa “Karena kita tidak tahu kapan kita akan mati, kita jadi menganggap hidup sebaai sebuah sumur yang tiada habisnya padahal segala sesuatu terjadi dalam kurun waktu tertentu dan dalam jumlah yang amat sangat kecil. Berapa kali lagi kau akan mengingat suatu sore tertentu dalam hidupmu seperti ini, Suatu sore yang merupakan bagian terdalam dari dirimu sehingga kau tidak bisa memikirkan hidupmu tanpanya. Mungkin empat atau lima kali lebih banyak? Atau bahkan tidak? Berapa kali lagi kamu akan menyaksikan purnama terbit? Mungkin dua puluh, namun semuanya tampak tak terbatas.”Jadi suau hari, Jauh disuatu kota di dalam cuaca yang berbeda-beda, aku menulis jurnal harianku untuk dijadikan kenangan dalam hidupku, dalam sebuah tulisan dan kata-kata.

Diusiaku yang ke 26 ini, Tuhan menyelipkan hadiah padaku yaitu seoarang bayi mungil yang membuat perasaanku acak-acakan. Ia menyelinap menjadi bagian-bagian yang paling hangat pun menjadi bagian yang paling menggembirakan. Kau tahu bagaimana rasanya? Seperti memasukkan aneka permen coklat kedalam toples, berwarna-warni. Ia lengkap dengan suara gelak tawa, tangis, pun kesal yang tak berkesudahan.

Hari dimana ia menjadi penghiburanku, dalam senang, luka pun sedihku. Aku tidak pernah membayangkan Pagi, siang dan sore yang sederhana itu menjadi hal yang paling hangat saat ia membutuhkanku. Aku membawa banyak perasaan untuk menuliskan ini, bisa jadi senang ataupun sedih barangkali? Ini akan menjadi bait tulisan yang acak-acakan karena aku menuliskannya menjadi potongan-potongan kecil yang entah berantah. Sebab aku menuliskannya, saat ia tengah tertidur.

Aku pikir ini adalah hari-hari pertama yang aku takuti, namun ternayat hari yang membuatku bersemangat setiap harinya. Aku akan melakukan banyak hal, mengerahkan semua tenagaku untuk membuat hidupnya berarti pun untuk membuatku menjadi satu sosok yang dibutuhkan. Aku menikmatinya, meski terkadang perasaan sepi itu kerap muncul.

Aku menikmati suara gelak tawa ditengah dapur saat aku memasak. Aku menikmati suara tangisan yang hadir saat aku tengah bekerja. Aku menyukai rambutku yang acak-acakan, pakaianku yang lusuh dan rautku yang tidak tertata. Aku suka menyaksikan matahari terbit dan terbenam pun begitu aku menyukai menyambut hari yang akan dimulai pun berakhir.

Aku membayangkan bunga-bunga bermekaran dihatiku, ia tampak begitu amat bewarna warni. Hariku terisi menjadi begitu riuh dan mendalam. Hidup tidak akan pernah menjadi sempurna, tapi akhir-akhir ini aku ingin menjadikannya sempurna. Menempatkan setiap kenangan menjadi sesuatu yang hangat dan indah.

Aku adalah ibu yang bekerja dirumah, aku menghabiskan waktuku full dirumah bersamanya. Tidak bertemu siapapun atau bersentuhan dengan mereka, menjadi bagian yang terjadi padaku. Tapi, tak membuatku menjadi sesuatu yang tidak diperlukan, Aku membawanya melintasi sore yang hangat pun pagi yang menyenangkan. Aku membawanya menyaksikan anak-anak bermain dan bergembala satu sama lain dan Aku membawanya menyaksikan berbagai rupa raut wajah manusia lain. Benar adanya, ia tak akan mengingat ini, tapi aku percaya ia akan merasakannya secara emosional.

Perjalanan ini adalah proses untuk mencapai tujuan yang hangat dan menenangkan. Ia adalah hadiah tersendiri yang aku syukuri. Hari-hari bersamanya adalah caraku belajar, Caraku bersabar, dan caraku menjadi berarti. Pada malam saat bulan tertidur dan kembang mekar pada pagi hari, aku tidak ingin banyak hal dan hanya kata cukup.

 

 

_Anzalia_

 

0 komentar:

Posting Komentar