My Journey
Di
tahun 1949, Paul Bowles dalam novel tempat berlindung dibawah langit ia
mengatakan bahwa “Karena kita tidak tahu
kapan kita akan mati, kita jadi menganggap hidup sebaai sebuah sumur yang tiada
habisnya padahal segala sesuatu terjadi dalam kurun waktu tertentu dan dalam
jumlah yang amat sangat kecil. Berapa kali lagi kau akan mengingat suatu sore tertentu
dalam hidupmu seperti ini, Suatu sore yang merupakan bagian terdalam dari
dirimu sehingga kau tidak bisa memikirkan hidupmu tanpanya. Mungkin empat atau
lima kali lebih banyak? Atau bahkan tidak? Berapa kali lagi kamu akan
menyaksikan purnama terbit? Mungkin dua puluh, namun semuanya tampak tak
terbatas.”Jadi suau hari, Jauh disuatu kota di dalam cuaca yang berbeda-beda,
aku menulis jurnal harianku untuk dijadikan kenangan dalam hidupku, dalam
sebuah tulisan dan kata-kata.
Diusiaku
yang ke 26 ini, Tuhan menyelipkan hadiah padaku yaitu seoarang bayi mungil yang
membuat perasaanku acak-acakan. Ia menyelinap menjadi bagian-bagian yang paling
hangat pun menjadi bagian yang paling menggembirakan. Kau tahu bagaimana rasanya?
Seperti memasukkan aneka permen coklat kedalam toples, berwarna-warni. Ia
lengkap dengan suara gelak tawa, tangis, pun kesal yang tak berkesudahan.
Hari
dimana ia menjadi penghiburanku, dalam senang, luka pun sedihku. Aku tidak
pernah membayangkan Pagi, siang dan sore yang sederhana itu menjadi hal yang paling
hangat saat ia membutuhkanku. Aku membawa banyak perasaan untuk menuliskan ini,
bisa jadi senang ataupun sedih barangkali? Ini akan menjadi bait tulisan yang
acak-acakan karena aku menuliskannya menjadi potongan-potongan kecil yang entah
berantah. Sebab aku menuliskannya, saat ia tengah tertidur.
Aku
pikir ini adalah hari-hari pertama yang aku takuti, namun ternayat hari yang
membuatku bersemangat setiap harinya. Aku akan melakukan banyak hal, mengerahkan
semua tenagaku untuk membuat hidupnya berarti pun untuk membuatku menjadi satu
sosok yang dibutuhkan. Aku menikmatinya, meski terkadang perasaan sepi itu
kerap muncul.
Aku
menikmati suara gelak tawa ditengah dapur saat aku memasak. Aku menikmati suara
tangisan yang hadir saat aku tengah bekerja. Aku menyukai rambutku yang
acak-acakan, pakaianku yang lusuh dan rautku yang tidak tertata. Aku suka
menyaksikan matahari terbit dan terbenam pun begitu aku menyukai menyambut hari
yang akan dimulai pun berakhir.
Aku
membayangkan bunga-bunga bermekaran dihatiku, ia tampak begitu amat bewarna
warni. Hariku terisi menjadi begitu riuh dan mendalam. Hidup tidak akan pernah
menjadi sempurna, tapi akhir-akhir ini aku ingin menjadikannya sempurna.
Menempatkan setiap kenangan menjadi sesuatu yang hangat dan indah.
Aku
adalah ibu yang bekerja dirumah, aku menghabiskan waktuku full dirumah bersamanya.
Tidak bertemu siapapun atau bersentuhan dengan mereka, menjadi bagian yang
terjadi padaku. Tapi, tak membuatku menjadi sesuatu yang tidak diperlukan, Aku
membawanya melintasi sore yang hangat pun pagi yang menyenangkan. Aku
membawanya menyaksikan anak-anak bermain dan bergembala satu sama lain dan Aku
membawanya menyaksikan berbagai rupa raut wajah manusia lain. Benar adanya, ia
tak akan mengingat ini, tapi aku percaya ia akan merasakannya secara emosional.
Perjalanan
ini adalah proses untuk mencapai tujuan yang hangat dan menenangkan. Ia adalah
hadiah tersendiri yang aku syukuri. Hari-hari bersamanya adalah caraku belajar,
Caraku bersabar, dan caraku menjadi berarti. Pada malam saat bulan tertidur dan
kembang mekar pada pagi hari, aku tidak ingin banyak hal dan hanya kata cukup.
_Anzalia_