Where
Life Bring Us?
Oleh Alby Anzali
siregar
Bila
terbang membawamu pada rupa yang indah? akankah menjadikanmu bersenyawa menjadi
seperti semula? Udara yang sejuk akan bawamu pada Syukur yang membentang luas.
Kita tak pernah bisa benar-benar selalu baik dan berbahagia. Rasa sedih yang
lebih, Cemas yang mengembang datang begitu saja jauh lebih sering datang
daripada relung bahagia yang terisi. Namun, begitulah keadaannya KuasaNya
membiarkan kita merasakan segalanya.
Hari ini, aku hanya menulis dengan
acak tanpa tujuan seperti hidup-hidup yang tengah disusun namun hancur ditengah
perjalanan. Seperti susunan Puzzle yang berantakan sebelum tepat sasaran. Aku merasakan
penuh sesak namun bahagia setengahnya kemudian begitu seterusnya. Gagal diperjalanan,
menangis terisak, Saku yang tak pernah benar-benar terisi penuh segala
keberantakan apa adanyaku segala payahku, kurangku, sisa sisa buruk rupa diriku
namun adanya aku inilah “Aku”.
Aku tak menitipkan apa-apa, sebab
disini adalah tulisan yang tengah dirangkai susah payah seperti butiran debu
yang menempel pada pakaian yang dipakai entah keberapa kali berusaha
menyingkirkannya ia akan tetap ada disana. Kehidupan membawa kita pada apa-apa
yang tak pernah kita duga sama sekali seperti kemauan yang tak akan pernah
benar-benar bisa diisi penuh sendirian ia membutuhkan tangan orang lain yang
menenangkan atau mungkin pelukan penuh dari orang-orang terkasih yang mampu
menguatkan.
Aku tak bisa berucap sesuatu yang
baik, sebab akupun tak pernah benar-benar merasa baik. Perjalanan-perjalanan
yang amat panjang sebelum Pulang ini, bawa banyak bingkisan baik yang hendak
dibekali kepada ia pemilik Limpahan Kasih sayang dan penuh Cinta itu. Bawa
banyak makna baru sebelum bumi yang amat kita kejar ini hilang begitu saja.
Sebab perjalanan masa depan yang paling baik ialah perjalanan menuju Tuhan itu
sendiri.
Kemana hidup akan membawamu? Mungkin
ia akan serupa pada segala hal-hal yang kau tuai semasa hidupmu. Bila itu baik
maka baik akhirnya jika buruk pun aku rasa akan berakhir buruk. Dunia ini
katanya sementara, harapku dalam cemas setiap hari semoga ia membawa sisa nafas
yang melegakan meski khawatir terisi direlung persimpangan. Semoga pada apapun
yang kita sesali bahwa hal baru yang akan sangat kita syukuri seperti memupuk
doa perlahan bermunculan kepermuakaan.
Dihati orang-orang, mungkin kita
hanyalah manusia yang tak dapati banyak kasih sayang dan penolakan namun
dihatiNya kita dapati curah limapahan kasih sayang. Tak tau kemana berpulangmu
Ia ada datang perlahanmu. Kemungkinan, seperti itulah masa depan yang baik
yaitu jalan menujuNya. Rupa-rupa yang kau punya, beban-beban yang kau agungkan
adalah kepemilikanNya yang maha cinta. Relevansi perjalanan dengan kehidupan
setelahnya bawa banyak kejutan-kejutan yang kiranya tidak akan pernah bisa kita
mampu untuk tebak. Kuharap, apapun untuk hidup biarlah diberikanNya banyak hal
baik meski luka terjal datang bergantian kurasapun tak apa-apa.
Aku tengah menulis acak, bercerita
tentang banyak hal yang tak menolak. Mungkin ditengah inipun aku mencoba
bertanya sendiri pada aku yang mungkin aku. Benarkah tulisan ini akan
segenapnya melekat dihati banyak orang? atau mungkin ia dibiarkan berdebu
seperti semula seperti tuan yang tak memiliki rumah. Tapi mungkin kuasaku
sampai disitu saja.
Di akhir aku hanya ingin menyelipkan
sebuah ucapan bahwa “Tidak ada kata-kata yang mampu meredakan rasa khawatir.
Tapi ketahuilah bahwa kita sangat dekat pada setiap renungan dan doa. Agar
ditengah kesedihan kita menemukan hiburan dalam semua kenangan menyenangkan
yang sudah kita lewati. Tuhan akan menghapus setiap air mata dari mata kita,
Semoga tidak ada lagi tangisan dan rasa sakit hingga semuanya menjadi berlalu.”
Akan selalu ada doa-doa baik yang terisi
setiap harinya. Pun semoga hari ini terwjudkan bagi mereka yang membacanya.
continue reading Acak